Baca Lainnya
PANEN - Kepala Perwakilan BI Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram, melakukan panen padi MTOT, Kamis (27/2). (Hendri Nova)
Painan - Bank Indonesia (BI) Sumatera Barat (Sumbar) mendukung penuh Sekolah Lapang (SL) pertanian yang diadakan Nagari Sungai Gayo Lumpo, Pesisir Selatan. Apalagi SL memiliki ciri khas yakni Mosa Tanpa Olah Tanah (MTOT) yang membuat petani jadi lebih hemat biaya, tapi hasilnya melimpah.
Terkait harapan Walinagari Sungai Gayo Lumpo agar beras daerah ini memiliki merek dagang sendiri, tidak lagi dilabeli sebagai beras Solok, Kepala Perwakilan BI Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram, berjanji akan membantu sesuai kapasitas BI Sumbar. Tidak hanya itu, BI Sumbar juga akan membantu promosi dan menempatkan produk UMKM ada di minimarket-minimarket yang ada di Sumbar.
"Saya sudah melobi pemilik minimarket Budiman, agar mau menerima produk-produk UMKM, terutama yang sudah menjadi binaan BI Sumbar," katanya dalam acara penutupan prosesi malamang dan sekolah lapang (SL) perwakilan Bank Indonesia Sumbar di Nagan Sungai Gayo Lumpo Pesisir Selatan, Kamis (27/2).
Ia mengatakan, keunggulan beras Sungai Gayo Lumpo ada pada penerapan tanam yang lebih hijau artinya tidak lagi menggunakan pestisida, tidak lagi menggunakan pupuk non organik. Dengan demikian hasil berasnya menjadi lebih berkualitas.
"Saran saya di Sungai Gayo ini dibikin saja Sekolah Lapang, lalu disulap menjadi desa wisata sehingga lebih banyak wisatawan yang datang kemari," tambahnya.
Ia berharap SL lebih dikembangkan lagi, sehingga bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya. Sungai Gayo bisa menjadi produsen beras dan menjadi desa wisata dan pendidikan.
Sementara Sekda Pessel,
Mawardi Roska, mengharapkan Nagari Sungai Gayo Lumpo Pesisir Selatan tidak setengah-setengah dalam pengelolaan padi organik. Ia meminta semua petani menerapkan pertanian organik, sehingga tak ada lagi yang memakai pupuk kimia.
"Jika masih ada yang memakai kimia, maka ia akan mencemari lahan padi organik. Maka dari itu semua harus totalitas," ungkapnya.
Ia mengatakan, jika penerapannya secara totalitas, maka harga berasnya akan menjadi lebih mahal. Soal merek tentu akan bisa diterapkan secepatnya, jika semua persyaratan terpenuhi.
Sedangkan Walinagari Sungai Gayo, Nofinol Edi,
berharap beras Sungai Gayo punya merek sendiri dan tak dilabeli lagi sebagai beras Solok. Selain itu, beras Mosa Tanpa Olah Tanah (MTOT) Sungai Gayo, Lumpo Pesisir Selatan, diharapkan bisa mendunia seperti beras Solok.
"Kami harap bantuan BI Sumbar tak hanya sampai disini, namun berkelanjutan di masa datang. Tentu saja kami berharap, bantuan tersebut nantinya bisa membawa beras Sungai Gayo menasional, terkenal di seluruh Indonesia," tutupnya.
Acara diakhiri dengan pengumuman berbagai lomba yang digelar selama acara dan panen padi MTOT oleh pejabat terkait. (Hendri)
Saat ini 0 komentar :