Baca Lainnya
SURIAH - Bebasnya para tahanan di penjara Sednaya Suriah, membawa cerita memilukan dan sangat mengerikan bagi para korban. Sebagian besar korban menderita cacat fisik seumur hidup dan ada pula yang lupa ingatan.
Wartawan @LiveUpdateSyria di akun X mereka menemukan korban yang berasal dari berbagai negara.
"Salah satu tahanan di Penjara Saydnaya kehilangan ingatannya, setelah diidentifikasi oleh kerabatnya, tahanan Yordania di penjara Al-Assad, “Osama Al-Batayneh” dari kota #Irbid. Dia dibebaskan setelah 38 tahun di penjara #Sednaya," cuitnya.
"Jenazah #Mazen Al-Hamada ditemukan di penjara #Seydnaya, menunjukkan tanda-tanda penyiksaan. Dikenal karena mengungkap kebrutalan rezim Assad, Al-Hamada menghilang setelah kembali ke Suriah pada tahun 2020.
Kematiannya menjadi pengingat tragis akan kekerasan yang terjadi di penjara Suriah di bawah rezim tersebut. Inna lilahi wa inna ilayhi rajioon," lanjut laporan @LiveUpdateSyria.
Mazen Al-Hamada dalam cuitan akun X lainnya @OGMrMojo, menyebutnya sebagai penemuan yang Menyakitkan.
"Jasad Aktivis Suriah #Mazen Al-Hamada yang Disiksa Ditemukan di Penjara Saydnaya yang Gelap. Dalam sebuah tindakan yang menusuk jiwa, jasad #MazenAlHamada, sebuah mercusuar harapan dalam perjuangan untuk kebebasan Suriah, ditemukan dalam bayang-bayang penjara #Saydnaya
Pria pemberani ini, yang pernah melarikan diri ke Belanda untuk mencari keselamatan, ditipu secara kejam oleh rezim #ASSAD saat kembali ke tanah airnya. Ia dibujuk kembali dengan bisikan tentang reuni keluarga dan keamanan, ia terjebak dalam perangkap yang menyebabkan penyiksaan brutal dan kematiannya.
Jasad Mazen menjadi saksi bisu dan mengerikan dari penyiksaan yang dialaminya; setiap bekas luka, merupakan kisah tentang rasa sakit dan perlawanan. Saydnaya, sebuah nama yang telah menjadi sinonim dengan penderitaan manusia, sekali lagi mengungkapkan kenyataan suramnya sebagai tempat di mana harapan padam dalam kegelapan. Perjalanan pulang Mazen bukanlah perjalanan pulang, melainkan perjalanan turun ke jurang, tempat impiannya akan perdamaian dan keadilan hancur dengan kejam.
Nasib tragis Mazen Al-Hamada ini bukan sekadar kehilangan bagi keluarganya, yang kini tidak hanya berduka atas putra mereka, tetapi juga ironi kejam atas kematiannya setelah melarikan diri ke tempat yang aman. Ini adalah pengingat yang gamblang tentang harga yang tak tertahankan untuk menyampaikan kebenaran kepada penguasa di Suriah, pengingat bahwa bahkan janji perlindungan pun bisa jadi kebohongan, yang membawa kembali ke mimpi buruk yang tidak dapat dihindari. Kisahnya adalah seruan bagi dunia - permohonan untuk diingat, untuk keadilan, dan untuk mengakhiri penderitaan yang terus merenggut nyawa dan jiwa banyak orang," cuitnya.
"Kami bertemu dengan salah satu tahanan yang baru saja dibebaskan dari penjara rezim tersebut. Suleiman, yang tidak dapat berbicara atau mendengar, terus-menerus mengalami trauma karena ketakutan dan penyiksaan yang ia hadapi selama di penjara.
Ia hanyalah satu dari banyak orang yang mengungkap kondisi mengerikan di dalam penjara rezim yang tidak manusiawi," lanjut @liveupdatesfromsyria.
Salah satu saudari Suriah di penjara Sednaya berkata, "Saya ditangkap saat berusia 19 tahun, sekarang saya berusia 32 tahun. Saya memiliki 3 anak berusia 2, 4, dan 6 tahun. Saya adalah ibu mereka tetapi saya tidak tahu siapa ayah mereka.
Sekadar untuk memperjelas, ini bukan karena percabulan. Melainkan karena pemerkosaan yang dialami saudari-saudari kami," lanjut cuitannya. (*)
Saat ini 0 komentar :